
Gambar 1: Pojok Renungan Harian Penyuluh Bimas Katolik
Manusia di zaman ini tumbuh menjadi manusia yang sangat sibuk. Seakan-akan selalu ada yang harus dilakukan setiap saat tanpa mengenal waktu. Namun, terkadang dalam kesibukannya manusia tak mampu menentukan skala prioritas, atau apa dan siapa yang lebih diutamakan. Misalnya, kita mungkin kerap mengabaikan sesama yang ada di hadapan kita, karena asyik bermain dengan ponsel. Atau terkadang kita memilih mengabaikan Ekaristi mingguan, demi menonton siaran sepakbola atau rekreasi. Bahkan sering kali kita hanya ingin melakukan hal-hal yang lebih menguntungkan kita secara pribadi. Dalam beragam kesempatan, kita kerap salah memilih apa yang pantas untuk diutamakan dan mana yang bisa dikerjakan kemudian. Injil hari ini justru mengingatkan bahwa di atas segala kesibukan kita, yang paling utama dari hidup ini adalah pertemuan dengan Tuhan dan perjumpaan dengan sesama yang didasari dengan semangat melayani di dalam kasih.
Para Rasul dalam bacaan Injil saat ini menunjukkan bagaimana sikap mereka dalam menanggapi dan melaksanakan perintah Yesus dengan kasih yang tulus dalam melayani. Lebih dari itu, Yesus meminta mereka memberikan waktu untuk membangun relasi yang lebih intim dengan Tuhan. Begitulah kita seharusnya hidup sebagai orang percaya, kita dipanggil bukan hanya sekadar diselamatkan untuk masuk ke dalam surga dan bahagia selamanya. Tetapi ada hal yang jauh lebih esensi dari hal ini, yaitu kehidupan yang memiliki relasi dengan Tuhan, kehidupan yang bersekutu dengan Tuhan, kehidupan yang untuk mengenal Tuhan, dan diperdamaikan dengan Tuhan. Karena ketika persekutuan kita dengan Tuhan semakin erat, maka kita akan selalu hidup mengasihi sesama kita sama seperti Yesus yang telah menjadi contoh dan teladan bagi kita dalam mengasihi. Kedalaman relasi kita dengan Tuhan menjadi spirit dalam pelayanan kita. Dengan kedalaman relasi kita dengan Tuhan, karya kasih yang kita laksanakan bukan sekadar rutinitas, tapi karena ungkapan cinta kita pada Tuhan. Spiritualitas inilah yang membedakan kita dengan pekerja sosial.
Tuhan mengutus kita untuk terus bekerja dan melakukan kebaikan-kebaikan dalam dunia ini. Karena itu ambillah waktu untuk dapat membangun persekutuan pribadi dengan Tuhan, sehingga kita senantiasa memiliki kekuatan dan semangat baru untuk melanjutkan segala aktivitas kita setiap hari. Sebab kitalah garam dan terang dunia, sehingga keberadaan kita hendaknya memberi rasa dan cahaya yang benar dalam dunia di mana kita berada. Untuk itu, marilah kita menjadi pribadi yang berbelarasa dengan meneladani dan meniru pribadi Yesus yang senantiasa mengasihi dan mau berkorban untuk ikut ambil bagian dalam meringankan beban dan penderitaan sesama.